Langsung ke konten utama

Review Buku Antologi - Nostalgia Biru

REVIEW BUKU



Judul : Nostalgia Biru
Penulis : Heru Sang Amurwabhumi, Vinny Martina, Wiwid Nurwidayati, Tita Dewi Utara, Dyah Yuukita, Nuha, Winda Astuti, Nazlah Hasni, Mabruroh Qosim, Hikmah Ali, Ane Fariz, Cenung Hasanah
Penerbit: Embrio Publisher
Genre: Fiksi, Antologi
Tahun Terbit: 2018
Tebal: 176 hlm. 14 x 20 cm

Membaca judulnya dari kata pertama, NOSTALGIA; otomatis mengantarkan kita pada segudang kenangan. Lantas BIRU; yang mengandung rindu, pertemuan, cinta, sekaligus pilu dan sedih yang mengaduk perasaan, merangkumnya menjadi warna-warni kisah yang bisa diambil hikmahnya. 

Di awal, imajinasi saya dibawa berpetualang dalam deskripsi serta konflik yang apik pada kisah Memoar Kubah Langgar. Jangankan mereka yang mengalami kisah berdarah itu dengan mata kepalanya sendiri, saya yang cukup melihatnya (membaca) lewat kata-kata Mas Heru saja sudah terbawa rasa perih dan ngeri. Tulisan ini luar biasa.

Pada Hikmah, air mata saya dibuat mengambang, mengisi rongga di sudut mata. Bayangan kematian, saya yakin setiap kita memiliki kenangan dalam menghadapi kematian dari orang-orang terdekat yang kita sayang. Dan kisah ini berhasil membongkar kenangan itu. Kesedihan, penyesalan, penolakan hingga ikhlas dan rela atas takdir campur aduk jadi satu.

Kisah berikutnya, dalam Pertemuan-pertemuan di Suatu Malam. Saya berhasil dibuat penasaran sekaligus kesal luar biasa sebab akhir ceritanya benar-benar tidak dapat saya tebak. Ini keren, siapa sih penulisnya? Ahh.. Pantesan keren. 

Misteri Cinta. Mulai dari judul ini hingga judul selanjutnya bertema reuni dan pertemuan yang menonjolkan kisah cinta. Kali ini penulisnya mampu memasukkan makna cinta tulus tanpa pamrih dan cinta semu. Ada juga pilihan memendam cinta sebab Sebuah Pilihan membuatnya memutuskan demikian. Kisah yang satu ini membuat darah saya berdesir pada bagian akhir. Lanjut pada kisah Lavender yang menurut saya juga unik. Sebuah pertemuan yang tidak terduga itu membuat saya tersenyum. Tuhan memang selalu punya cara mempersatukan dua insan. Meskipun terdapat keganjilan pada perubahan pov yang kurang tepat di bagian tertentu (mungkin ini kesalahan editing). Lebih dari itu kisah ini bagi saya tetap menarik. 

Pada Cinta Lulu yang sedang demam, hanya membutuhkan rasa syukur sebagai obat untuk kembali menikmati dan membuat rasa cinta itu segar kembali. Kisah spesial selanjutnya berhasil membuat saya tersenyum-senyum, ada lucu sekaligus haru. Kejadian Setelah Reuni justru membuat pasangan suami istri semakin menghargai dan mampu menambah rasa cinta di antara keduanya. Namun pada Reuni Biru, senyum saya yang sebelumnya mengembang seketika hilang sebab membayangkan kupu-kupu yang menari di dalam perut berubah naga yang membakar rongga dada. Bukan rindu saja yang berat, tapi berbagi cinta juga lebih berat. Air mata saya mengambang lagi. 

Dua kisah terakhir. Yang pertama membuat saya shock. Ide penulisnya cerdas. Seperti sedang dikerjai, itulah yang saya rasakan sebagai pembaca. Bagaimana tidak? Kisah Reuni pada tokoh utamanya benar-benar membuat saya gemes luar biasa, saya hanyut dan ingin memberikan pukulan paling menyakitkan pada tokoh antagonis dalam cerita tersebut, tapi keinginan saya menguap begitu saja setelah mengetahui akhir cerita. Luar biasa. Sedangkan kisah terakhir, Aku Datang dengan Kejujuran kembali membuat saya tersenyum dengan kesederhanaan yang disajikan penulis,  sekaligus mampu menginspirasi. Bahwa, jika kita hadir dan tampil dengan diri dan hati yang jujur, maka sahabat sejatilah yang akan didapat. 

Demikian yang dapat saya rangkuman setelah membaca buku antologi teman-teman ODOP-Tiga- kali ini, ada banyak hikmah dan pelajaran yang dapat saya ambil dari setiap cerita. Sejatinya, seperti itulah sebuah karya dikatakan bagus dan layak untuk dinikmati. Tentu sesuatu (karya) itu tidak pernah akan sempurna sebab dari sekian banyak cerita yang menghanyutkan imajinasi saya, ada satu kisah yang cukup mengganggu. Kisah dengan judul Kenangan Dulu sulit saya ambil hikmah dan pelajarannya. Saya mohon maaf, karena menurut saya ada beberapa pemilihan kata yang kurang tepat dan alur cerita yang tidak jelas maksudnya, seperti belum selesai dan ragu-ragu. 

Baiklah, Satu kata untuk karya para penulis dalam Nostalgia Biru yang dapat saya simpulkan.  INI KEREN. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Topeng (bag.6)

-Topeng Ambisi- Seorang laki-laki tergesa-gesa memasuki ruangannya, setengah berlari Ia menghampiri meja kerja dan dengan kasar menarik satu persatu laci-laci yang tersusun rapi pada bagian bawah meja, kemudian mengobrak-abrik isinya. Ketika yang dicari belum ditemukan, Ia beralih pada lemari yang berada di belakangnya. Hal yang sama dilakukan, Ia pun mengacak habis isi lemari untuk mencari sesuatu yang amat berharga baginya.  "Dimana dokumen itu..kurang ajar!" Makinya pada seseorang yang ada dalam pikirannya. "Baiklah..jika ini pilihannya, akan kuturuti permainannya" Desisnya dengan rasa kesal yang tertahan. Ia tahu, wanita itu tak main-main dengan ancamannya tadi siang. Ambisinya yang terlalu besar dan menggebu-gebu secara otomatis memutuskan hubungan Simbiolis Mutualisme yang selama ini telah mereka jalin sejak setahun terakhir.  Jika bukan karena Mita yang dengan sembunyi-sembunyi memberitahukan padanya bahwa dokumen penting itu telah

Menggali Potensi Mulai dari yang Disukai dan Dikuasai

 Gali Potensi Ukir Prestasi  Resume ke-4 Gelombang 29 Senin, 26 Juni 2023 Narasumber: Aam Nurhasanah, S. Pd Moderator: Muthmainah, M. Pd KBMN 29-Pertemuan keempat dilaksanakan pada Senin, 26 Juni 2023, dengan tema 'Gali Potensi Ukir Prestasi'. Sebelum masuk ke materi, Ibu Muthmainah, M. Pd yang akrab dipanggil bu Emut dari lebak Banten, dan bertugas sebagai moderator memperkenalkan diri serta memaparkan sedikit info tentang narasumber.  Narasumber luar biasa dengan julukan penulis luar biasa dan juga pioneer pegiat literasi Kabupaten Lebak Banten, Ibu Aam Nurhasanah, S. Pd yang juga akrab disapa bu Aam, dikenang oleh bu Emut sebagai kompor, dalam arti yang menyemangati para penulis muda untuk menghasilkan karya tulis mereka menjadi buku. Bu Aam merupakan anggota KBMN gelombang 8 yang kemudian menyelesaikan pelajaran literasinya di gelombang 12.  "Dulu, kami menyebutnya BM 12 (Belajar Menulis 12) Juli 2020. Istilah KBMN muncul saat kopdar pertama di Gedung Guru Indonesia, J

Topeng (bag.3)

-Masa Lalu- Hera kecil sering kali di- bully oleh teman-temannya. Kala itu ia berusia 8 tahun, tubuhnya yang kecil dan lemah membuat ia menjadi sasaran empuk. Tidak ada satupun yang dapat membantunya, lebih tepatnya tidak ada yang mau. Sepulang dari bermain, sambutan kasar juga ia terima dari keluarga, tepatnya keluarga angkat. Hera diadopsi pada usia 2 tahun. Dengan niat sebagai pancingan agar kedua orang tua angkatnya bisa segera mendapat momongan. Tapi usaha ini belum menunjukkan hasil seperti yang diinginkan.  Saat Hera berusia 10 tahun Ibu angkatnya pun hamil. Kehamilan yang ditunggu-tunggu selama 9 tahun, sebelumnya beberapa kali Ibu angkat Hera ini sudah pernah hamil, sayangnya setiap kali hamil justru ibunya juga mengalami keguguran lagi dan lagi. Kehamilan ketiga kali ini dijaga ketat dan ekstra hati-hati, namun takdir berkata lain, saat ibu angkatnya mengandung pada usia kehamilan 8 bulan, kecelakaan tragis menyebabkan nyawa ibu dan calon adiknya itu melayang. Duka