Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2017

Pias Rasa

Aku putus asa, benar-benar putus asa. Terlalu lelah mencari, tapi belum dapat kutemukan yang kucari.  Dalam kehilangan. Pada lidah hari yang terang, cahayanya tidak cukup menjadi petunjuk jalan. Pada selimut malam yang gelap, tuan yang duduk di singgasana keperakan tidak akan senang menikmati gemerlapnya bintang gemintang. Begitu dahsyat rasa kehilangan.  Nafasku tersengal-sengal. Aku berlari bagai binatang dalam bayang-bayang lebatnya rimba raya, hampir gila sebab resah dengan wanginya kematian mengincarku. Tidak ada setitikpun lega, pias rasa. Dara bangun dengan suara tertahan di tenggorokan. Kantuknya seketika hilang saat tangan-tangan gempal meremas bagian atas tubuhnya yang terbuka. Ia enggan menanggapi hasrat dari pemilik tangan itu. Matanya sibuk membaca jari-jari waktu yang menempel di dinding tepat bagian atas pintu kamar, dalam cahaya remang yang nyaris gelap seperti itu, tentu saja tidak mudah mengetahui jarum jam menunjuk pukul berapa.  Pertengahan

Berantai Ingin

Detak-detak hujan dini hari gugur Membentur atap mencipta bising Sadarku terbit selepas mimpi Sesak dikepung berantai ingin Dengarkan! Aku ingin membuatmu jatuh cinta padaku setiap hari; Seperti paru-paru yang paham mengapa harus bernafas Aku ingin memelukmu tanpa jeda; Mengajakmu mengeja tiap-tiap bait rindu Menggenggam niat baik mengukir hari, menunggu nanti Lantas, bersamamu mengecup bibir gelas ikatan Aku ingin menjadi napasmu; Sebab helaan lembut adalah ingatan yang akan menghapus lupamu Sedang pada dadaku tersimpan senyum, pengganti paru-paru yang telah kau ambil setengah Maka terulanglah memori sebelum kita menjadi kita Lagi, Aku ingin berjalan bersamamu; Menapak hari yang kian basah oleh keringat Matahari kadang terlalu garang menguji langkah kita, bukan? Ahh ... Sedari tadi aku terus berkicau Padahal kau masih mengeja bait-bait rinduku yang tumpah Maaf, telah membuatmu kepayahan Saat ini, aku hanya ingin kau jadi pelupa Lupa jika aku riuh, tenga